PENGARUH UTANG LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
Penulis: Anik Wahyuningsih
Nim : 110210301061
URL : anikwahyuningsih.blogspot.com
ABSTRAK
Utang luar negeri menjadi suatu tolak ukur
perekonomian di Indonesia.Karena dalam negara sedang berkembang pengaruh utang
luar negeri menjadi halpenting dalam pertumbuhan ekonomi.Indonesia masih terikatdalam
kemelut utang luar negeri.Dan harus bangkit, setidaknya meminimalisir utang dan
mengoptimalkan potensi pendapatan.Karena tabungan domestik tidak mencukupi dan menunjukkan
bahwa danadomestik tidak pernah mengimbangi besarnya kebutuhan dana untuk
investasi. Kesenjangan antara tabungan dalam negeri menyebabkan utangmerupakan
suatu keharusan bagi pembiayaan investasi.
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk negara sedang berkembang, dimana pada negara sedang
berkembang memiliki suatu keharusan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakatnya dan melaksanakan pembangunan dalam mencapai kemakmuran.Keharusan
hal tersebut merupakan tuntutan dalam negara sedang berkembang.Maka, hal
tersebut menjadi tolak ukur negara sedang berkembang untuk bisa lebih
maju.Dapat di asumsikan bahwa apabila taraf hidup masyarakat meningkat dan
pelaksanaan pembangunan lancar maka dikatakan negara itu maju.Sebaliknya,
apabila taraf hidup masyarakat rendah dan pelaksanaan pembangunan terkendala
dikatakan negara itu sedang berkembang.Dari asumsi tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwasannya pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi memperlancar pembangunan ekonomi, hal ini berkaitan dengan
asumsi diatas.Karena keharusan tersebut, diperlukan perencanaan-perencanaan untuk
kedepannya agar pembangunan dan pertumbuhan seimbang dan tercapai.Dan disini
sangat diperlukan peranan pemerintah untuk membuat perencanaan pembangunan.
Dalam upaya mencapai kemakmuran dan melaksanankan pembangunan dalam suatu
negara diperlukan beberapa usaha yaitu usaha meningkatkan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan penduduk.Pendapatan perkapita disini yaitu adalah besarnya
pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara yang diperoleh dari hasil
pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara
tersebut.Biasanya, pendapatan perkapita sering disebut dengan produk domestik
bruto (PDB) perkapita.Pendapatan perkapita sering digunakan untuk mengukur
kemakmuran sebuah negara.Semakin besar pendapatan perkapita, negara tersebut dapat
dikatakan makmur.Sebaliknya, semakin kecil pendapatan perkapita disuatu negara
maka dapat dikatakan negara itu tidak makmur. Namun, dalam upaya meningkatkan
pendapatan perkapita negara berkembang terutama Indonesia selalu berhadapan
dengan persoalan kebutuhan akan pembiayaan. Rendahnya
kemampuan dalam negeri yang disebabkan oleh masih rendahnya kemampuan
masyarakat dalam menyisihkan pendapatannya (tabungan) untuk memenuhi kebutuhan
dana tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan tabungan dalam negeri.
Dimana kesenjangan tabungan tersebut mencerminkan suatu jumlah dana yang
diperlukan untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tabungan dalam negeri. Namun,
dari dalam negeri
sendiri tidak memungkinkan bisa membiayai kekurangan-kekurangan tersebut. Maka
alternatif lain yang dilakukan pemerintah untuk bisa menutupi
kekurangan-kekurangan dalam hal pembiayaan yaitu dengan mencari bantuan sumber
dana. bantuan ini dapat berupa bantuan luar negeri, dimana bantuan ini berperan
sebagai pelengkap tabungan dalam negeri. Biasanya bantuan yang diterima negara
Indonesia berupa hibah (pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada
pihak lain dengan kondisi sehat), bantuan program, bantuan proyek. Dari berbagai bantuan
tersebut pastinya ada dampak negatif dan dampak positif dari utang dalam bentuk
apapun.Dari latar
belakang dan permasalahan diatas, artikel ini bertujuan mengetahui pengaruh utang
luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi.
PEMBAHASAN
Perkembangan Utang Luar Negeri di Indonesia
Utang luar negeri atau pinjaman
luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para
kreditor di
luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah,
perusahaan, atau perorangan.Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah
negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.
Selama lima tahun terakhir ini, utang luar negeri Pemerintah Indonesia
meningkat tajam. Data Bank Indonesia tahun 2012 menyatakan, jika tahun 2006
total utang luar negeri Indonesia sebesar 132,63 miliar dollar AS, pada 2011
utang luar negeri Indonesia telah membengkak menjadi 221,60 miliar dollar AS.
Oleh sebab itu, rakyat harus mewaspadai perkembangan utang luar negeri
tersebut.Besarnya jumlah utang Indonesia ternyata tidak menunjukkan korelasi
signifikan terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi yang indikatornya ditunjukkan
oleh perbaikan kualitas pelayanan dasar kepada masyarakat, dapat dicontohkan
infrastruktur energi dan transportasi, pendidikan, serta kesehatan yang masih
minim dan terbatas.Posisi indeks pembangunan manusia Indonesia masih lebih
rendah dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia.Begitu juga dengan daya saing
dan kemudahan melakukan usaha atau doing business (melakukan bisnis), itu juga
masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut.
Pada penelitian lainnya, utang luar negeri indonesia terus
mengalami peningkatan tajam, khususnya utang pemerintah. Apabila pada tahun
2006 total pinjaman luar negeri mencapai 132,63 miliar dolar dan pada tahun
2012 kuartal pertama telah mencapai 221, 60 miliar dolar. Dalam rupiah pinjaman
indonesai salam 3 tahun terakhir tercatat pada tahun 20120 Rp 1.667 triliun,
pada tahun 2011 Rp 1.803 triliun dan pada tahun 2012 Rp 1937 triliun. Perkembangan
utang sedemikian cepat jelas bukan pengelolaan keuangan negara yang baik.
Ironisnya, dalam situasi seperti sekarang ini pemerintah masih ingin menambah
utang luar negeri sebesar 45 triliun lagi. Pinjaman ini diperuntukan menghadapi krisis
eropa yang memingkinkan semakin berbahaya.Karena pada dasarnya utang luar
negeri baik oleh swasta maupun pemerinth memiliki resiko terhadap
masyarakat.Dan masyarakat melakukan pembayaran utang tersebut melalui
pajak.Sampai sekarang pun masyarakat terus menanggung bunga utang obligasi
tersebut. Namun, apabila uang dari utang luar negeri digunakan untuk
infrastruktur atau kegiatan produktif yang lain pasti perekonomian Indonesia
jauh lebih sehat dari saat ini. Karena utang luar negeri yang tidak terkendalisama
artinya mengambil hak-hak generasi mendatang. Anak cucu kita yang tidak tahu
menahu harus menanggung beban utang yang dilakukan saat ini.Pinjaman luar
negeri Indonesia memang dinilai masih aman oleh bank dunia, karena menunjukkan
penurunan rasio terhadap pendapatan nasional.rasio pinjaman luar negeri terhadap
pendapatan nasional saat ini diperkirakan sekitar 28,2%. Artinya jumlah utang
lebih dari seperempat nilai barang dan jasa yang dihasilkan di Indonesia selama
setahun. Ini lebih baik jika dibandingkan dengan Amerika Serikaat (69,4%),
Inggris (79,5%), dan italia (120,1%).
Dari permasalahan
diatas apakah negara Indonesia berarti aman jika kita terus berutang, karena
angka-angka rasio menunjukkan penurunan dan jauh lebih baik rencah dibandingkan
beberapa negara maju.Tentu saja tidak, negara maju saja menghadapi situsi
ekonomi tidak menentu akibat utang, apalagi Indonesia.Bahkan harus disadari
bahwa perekonomian Indonesia tidak memiliki landasan yang kokoh seperti di
negara-negara maju.Bangsa ini harus memahami jika ekonomi Indonesia tidak
memiliki pondasi yang kuat. Bukankah selama ini misalkan kita masih bergantung
pasa ekspor tambang dan mineral seperti gas dan batu bara, komoditas perkebunan
seperti karet, coklat, dan kopi, serta ditopang oleh sector keuangan yang
didominasi asing. Disisi lain, kita tidak memiliki sector industri yang kuat.
Artinya perekonomian Indonesia sangat mudah terkoreksi oleh penurunan harga
komoditas, menurunnya permintaan luar negeri atau adannya pelarian modal ke
luar negeri bahkan penurunan nilai tukar rupiah.
Pemerintah berperan
langsung terhadap pembangunan nasional Indonesia dalam upaya menciptakan
pertumbuhan ekonomi menuju masyarakat makmur. Pemerintah membutuhkan dana
pembiayaan yang besar, baik yang berasal dari dalam negeri berupa tabungan
masyarakat, tabungan swasta dan tabungan pemerintah, sedangkan yang berasal
dari luar negeri adalah berupa bantuan hibah (grant), pinjaman luar negeri dan penanaman
modal asing (Kamaluddin; 1989).
Secara teoritis, kata Umar
Juoro (1994), pada tahun 1950 dan 1960-an, dalam semangat duet ekonomi
Harrod-Domar, bantuan luar 13negeri dipandang mempunyai dampak positif pada
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat sebagai dampak
lanjutannya. Alasannya, aliran bantuan luar negeri dapat meningkatkan investasi
yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan seterusnya.Sampai
di situ, secara teori, bantuan luar negeri justru menghasilkan dampak pengganda
(multiplier effects) yang positif pada perekonomian.Pada tahun 1970-an, dua
ekonom lain Keith Griffin dan John Enos dalam
bukunya "Foreign Assistance: Objectives and Consequences" membuktikan
pinjaman luar negeri berdampak negatif
pada pertumbuhan. Mereka mengajukan bukti empiris bahwa utang luar negeri berkorelasi negatif pada
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat. Bantuan luar negeri
telah membuat pemerintah meningkatkan pengeluaran yang mengurangi dorongan
untuk meningkatkan penerimaan pajak dan
sebagainya. Ekonom di era berikutnya juga melakukan studi yang mendukung
kesimpulan Griffin dan rekannya.
M. Todaro (1998)
berpendapat bahwa akumulasi utang luar negeri (external debt)
merupakan suatu gejala umum yang wajar. Rendahnya tabungan dalam negeri
tidak memungkinkan dilakukannya investasi secara memadai, sehingga pemerintah
negara-negara berkembang harus menarik dana pinjaman dan investasi dari luar
negeri. Bantuan luar negeri dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam
usaha negara yang bersangkutan guna mengurangi kendala utamanya yang berupa 14kekurangan
devisa, serta untuk mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonominya.
Utang luar negeri sendiri sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, karena dengan adanya utang pasti
secara otomatis akan ketergantungan. Karena setiap negara yang utang ke luar
negeri pastinya bertujuan untuk memperbaiki kondisi, pembangunan, dan pertumbuhan
perekonomian agar semakin membaik.Namun, pada kenyataannya pertumbuhan
perekonomian di Indonesia statis dan utang pun semakin menumpuk.Perkembangan
utang luar negeri sendiri tahun 2012 semakin meningkat hingga mencapai Rp 1.937
Triliun.Direktur MPI (Mitra Peduli Indonesia) mengungkapkan saatnya
Indonesia mengoptimalkan pengembangan potensi sumberdaya lokal untuk
mengantisipasi dampak krisis global yang saat in tengah melanda dunia
Internasional, khususnya Eropa dan Amerika. Bahkan, jika terlambat, maka bukan
tak mungkin krisis juga akan mendera tanah air. Menurut Seknas Fitra Uchok Sky
Khadafi, hutang luar negeri Indonesia pada tahun 2010 atau era Presiden SBY
sebesar Rp 1.677 triliun. Pada tahun anggaran 2011 utang luar negeri Indonesia
sebesar Rp 1.803 triliun dan pada tahun 2012 utang luar negeri Indonesia
mencapai Rp 1.937 triliun. Selain tingginya hutang luar negeri, dia juga
prihatin dengan makin gencarnya impor yang tidak mampu dihadapi pengusaha
lokal.Karena, masih tingginya biaya produksi dan lemahnya daya saing.Untuk itu,
pemerintah perlu mencermati efektifitas penggunaan anggaran baik APBN maupun
APBD.Prinsip-prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas perlu
diimplementasikan.Sehingga, setiap rupiah yang dikeluarkan negara betul-betul
bisa memberi kontribusi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, termasuk
meningkatkan daya saing komoditi dalam negeri sehingga mampu bersaing dengan
komoditi internasional.
Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Adanya utang luar negeri menimbulkan dampak bagi negara Indonesia. Dampak
ini dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu sisipositif dansisi negatif. Dari dua sisi tersebut,
jarang terlihat dampak positif dari utang luar negeri tersebut.Karena sudah
kita ketahui sejak dahulu bahwasannya namanya behutang pasti itu negatif,
kesannya pemerintah tidak bisa membiayai negaranya sendiri sampai harus
berhutang ke negara lain. Namun, dari berbagai sumber banyak yang menyatakan
bahwa dampak positif dari utang luar negeri yaitu terhadap pembangunan
ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat. Sebab, alirannya dapat
meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik sehingga utang luar negeri
menghasilkan multiplier effect positif
terhadap perekonomian, kemudian terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat
sebagai dampak lanjutannya. Alasannya, aliran bantuan luar negeri dapat
meningkatkan investasi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan tabungan
domestik dan seterusnya. Sampai di situ, secara teori, bantuan luar negeri justru
menghasilkan dampak pengganda (multiplier effects) yang positif pada
perekonomian, pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dapat menutup
defisit APBN, dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN, sehingga
memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan dukungan modal
yang relatif lebih besar, tanpa disertai efek peningkatan tingkat harga umum.
Dengan demikian pemerintah dapat melakukan ekspansi fiskal untuk mempertinggi
laju pertumbuhan ekonomi nasional.Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti
meningkatnya pendapatan nasional, yang selanjutnya memungkinkan untuk
meningkatnya pendapatan perkapita.
Setelah memaparkan dampak
positif, selanjutnya yaitu dampak negatif, dimana setiap utang selalu dipandang
negative oleh orang lain, dan negara lain. Dampak negative dari utang luar
negeri yaitu timbulnya krisis ekonomi yang makin lama makin meluas dan
mendalam. Kemudian krisis ekonomi ini memperkuat krisis yang lain dan begitu
seterusnya sehingga terjadilah vicious circle, Pemerintah akan terbebani dengan
pembayaran utang tersebut sehingga hanya sedikit dari APBN yang digunakan untuk
pembangunan, Cicilan bunga yang makin memberatkan perekonomian Indonesia
kemudian bantuan tersebut
negara akan dicap sebagai negara miskin dan tukang utang karena tidak mampu
untuk mengatasi perekonomian negara sendiri sampai membutuhkan campur tangan
dari pihak lain. Selain itu, dalam
jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan
ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah
jatuh(Inflasi) dan yang pasti akan mengakibatkan ketergantungan dari penerima
bantuan (dalam negeri) terhadap pemberi bantuan (luar negeri).
Bangkit dari Utang Luar Negeri
Di bidang ekonomi,Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan SDA yang
melimpah ruah,akan tetapi Indonesia masih saja kekurangan dalam hal apapun,sehingga
masih banyak rakyat miskin di negara ini.Angka kemiskinan (lingkaran setan)
tiap tahun ke tahun mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan harga bahan pokok
yang kian meroket tanpa disertai kenaikan pemasukanmasyarakat.Utang luar negeri
Indonesia pun mencapai 2 trilyun rupiah,sungguh angka yang fantastis. Dari
angka yang begitu “wow” apabila di dengar saja, sudah menjadi kelemahan atau
kekurangan dari kelebihan yang dimiliki Indonesia khususnya dalam bidang
ekonomi. Dari kata utang saja sudah membuat satu pandangan yang negative.Namun,
utang luar negeri dipandang sebagai salah satu tiang penyangga pembangunan
nasional. Hal ini dapat dilihat kebijakan anggaran belanjanya selalu
menempatkan utang luar negeri sebagai komponen utama untuk menutup defisit
anggaran. Oleh karena itu, jika ingin bangkit dari ketergantungan dari negara asing
harus ada perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, yaitu :
Pertama, Meningkatkan
daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan dan pemberian
modal usaha kecil seluasnya. Dengan peningkatan daya beli masyarakat ini
membuat barang-barang hasil buatan dalam negeri terjual habis tentu akan memberikan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi yang terjual dan laku terbeli itu
yaitu produk hasil ekonomi pedesaaan dan usaha kecil, tentu akan membuat
perkembangan yang signifikan bagi kemajuan usaha pedesaan dan usaha kecil
sehingga mampu bersaing perusahaan besar milik swasta. Keuntungan lain dari
peningkatan daya beli masyarakat yaitu perputaran uang akan lebih banyak
terdapat di dalam negeri sehingga uang ini akan menambah pendapatan negara
dengan pajak.
Kedua, meningkatkan
pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor. Realitas yang ada saat
ini pemerintah mengambil pajak barang mewah
Ketiga, Konsep
pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu titik
maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap
ketergantungan utang luar negeri. Telah di jelaskan pada awal prinsip
pembangunan yang diusung Orde Baru yakni mengutang untuk pembangungan, sekarang
saatnya membangun Indonesia dari keringat peluh yang dihasilkan diri sendiri
Indonesia walaupun harus bertahap sesuai dengan pendapatan yang diraih. Jangan
asal cepat-cepat membangun negeri sehingga kita selalu bertumpu pada utang /
Investasi luar negeri tapi membangun negeri perlu proses sehingga dibutuhkan
sikap sabar yang tinggi pemerintah untuk membangun negeri. Masyarakat sebagai
rakyat harus mendukung setiap tindakan pemerintah yang benar.
Keempat, menggalakan
kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan dan kemampuan
ekspor produk unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat. Hal yang
memprihatinkan dengan televisi atau surat kabar di negeri ini yakni banyaknya
iklan swasta produk luar negeri berkembang di dalam negeri, sadar atau tidak
iklan-iklan ini mempengaruhi pergaulan masyarakat di negeri ini, Para remaja
lebih suka makanan produk luar negeri daripada produk-produk dalam negeri
seperti kacang rebus, ketela godok. Sehingga hasil jual lebih banyak keluar
daripada ke dalam negeri.Padahal dari segi kandungan zat makanan tradisional
inilah lebih banyak di banding produk luar negeri. Negeri ini kaya akan Sumber
daya alam unggulan sehingga bila kita manfaatkan secara maksimal maka akan
memberikan devisa negara, akhir-akhir ini negeri kita mampu dengan “swasembada
pangan” mengapa kita tidak swasembada kehutanan, pertambangan atau seterusnya.
Permasalahan yang ada adalah terkendala dana dan teknologi peraalatan,
sebenarnya ini dapat disiasati dengan memanfaatkan dana terbatas dan peralatan
kurang itu untuk mendukung produksi hasil pada potensi yang sangat besar.
Kelima, mengembangkan
sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan kesejateraan yang berkeadilan
dan merata sebagai landasan penyusunan operasionalisasi pembangunan ekonomi.
Pepatah ada yang bilang “ orang yang bodoh dekat dengan kemiskinan” ini tentu
sesuai dengan realitas yang ada di Indonesia, banyak anak kecil di
kolong-kolong jembatan dan Perhentian lampu merah tidak bersekolah malah
mencari nafkah membantu orang tua-nya. Ditambah lagi dengan harga pendidikan
Indonesia yang mahal tentu akan menambah daftar panjang orang-orang bodoh baru
yang akan bernasib sama. Padahal negara kita akan menghadapi perdagangan bebas
sungguh sangat ironi bila negara kita hanya bergantung dengan bangsa lain. Bila
kita cermati dengan tingkat pendidikan tinggi rata-rata penduduknya akan
memberikan penghasilan yang besar bagi penduduk akan memperkuat ekonomi
nasional melalui pengurangan tenaga kerja luar negeri. Bila kesejateraan
penduduk besar tentu akan memberikan pajak sangat besar sehingga negeri ini
memperoleh pendapatan yang besar.
Dari solusi Ekonomi
nasionalis populis tersebut akan berhasil bila ada sinergi antara legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Tidak lupa hal terpenting yakni adanya kemauan rakyat
untuk berubah ( Change will) dan bergerak bersama untuk menghasilkan negara Indonesia
yang mandiri dan bertekad bangkit serta mengakhiri utang luar negeri.
PENUTUP
Utang
luar negeri sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian karena dengan adanya
utang dari luar negeri, pembangunan di Indonesia semakin membaik sehingga
memperlancar pertumbuhan perekonomian.Perkembangan
utang luar negeri tahun 2012 meningkat, tidak bisa di pungkiri apabila dengan
utang ke luar negeri yang tidak terkendali sama artinya dengan mengambil
hak-hak generasi mendatang. Anak cucu kitayang tidak tahu menahu harus menanggung beban utang yang
dilakukan saat ini.
Namun,
dalam hal “utang” pastinya ada banyak asumsi yaitu berupa dampak positif dan
dampak negative.Dampak positif dari utang luar negeri sendiri yaitu meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik sehingga utang luar negeri
menghasilkan multiplier effect positif
terhadap perekonomian, dan batuan luar negeri dalam jangka pendek dapat
menutup defisit APBN. Sedangkan dampak negatifnya sendiri yaitu negara akan dicap sebagai negara miskin
dan tukang utang karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri
sampai membutuhkan campur tangan dari pihak lain, dan yang paling penting
adalah akan
mengakibatkan ketergantungan dari penerima bantuan (dalam negeri) terhadap
pemberi bantuan (luar negeri). Karena pada dasarnya sikap ketergantungan dalam
hal utang akan berkelanjutan.
Semakin meningkatnya utang
negara Indonesia ke luar negeri yang berakibat membawa masyarakat ke dalam
lingkaran setan, harus bisa menahan untuk tidak utang lagi harus bisa bangkit
dari utang luar negeri yang nantinya akan berdampak negative apabila
terus-terusan berhutang ke luar negeri. Caranya dengan meningkatkan daya beli
masyarakat, meningkatkan
pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor, mengembangkan konsep
pembangunan yang berkesinambungan, dan mengembangkan sumber daya manusia
berkualitas dan menempatkan kesejateraan yang berkeadilan dan merata. Namun,
cara tersebut harus diimbangi dengan kemauan masyarakat untuk berubah dan mau
bergerak guna menghasilkan Indonesia yang mandiri.
DAFTAR RUJUKAN
0 komentar:
Posting Komentar